Kerajaan Kalingga

 KERAJAAN KALINGGA



SUMBER SEJARAH

Sumber sejarah Kerajaan Kalingga kebanyakan diperoleh dari sumber Tiongkok, seperti tradisi atau kisah setempat, dan naskah Carita Parahyangan. Sumber-sumber tersebut ditulis pada masa Dinasti Tang, oleh I Tsing yang menyebut kerajaan Kalingga dengan nama Ho-ling (Kalingga) dan berlokasi di Cho-po (Jawa). Selain itu, ditemukan juga prasasti batu yang disebut Prasasti Tuk-Mas di lembah Gunung Merbabu dengan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta. Prasasti itu menjelaskan mengenai mata air jernih yang terdapat di daerah tersebut yang disamakan dengan Sungai Gangga di India. Pada prasasti itu juga terdapat ukiran gambar trisula, kendi, kapak dan bunga teratai sebagai bukti yang menandakan Kerajaan Kalingga bercorak Hindu. Selain bercorak Hindu, Kerajaan Kalingga juga mengembangkan ajaran agama Buddha Hinayana. Hal ini karena pada tahun 664M, seorang pendeta Buddha dari Cina bernama Hwi-ning berkunjung ke Kalingga untuk menerjemahkan kitab suci agama Buddha. Usaha Hwing-ning ditolong oleh seorang pendeta Buddha dari Jawa bernama Janabadhra.


KEHIDUPAN POLITIK

Menurut artikel sejarah Kalingga dalam situs itu dituliskan bahwa pemerintahan pusat Kalingga diserahkan kepada empat maha menteri yang mengatur 28 kerajaan kecil di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Batas wilayah Kalingga adalah Po-li (kemungkinan Bali) di bagian timur dan la (kemungkinan Kamboja) di bagian utara. Batas barat adalah To-po-teng (diperkirakan Sumatera) dan bagian selatan adalah samudera

Raja Raja yang Memerintah :

1. Santanu (632-648 M)

2. Selendra (648-674 M)

3. Sima (674-695 M)

4. Dewi Parwati (695-711 M)

5. Narayana (717-732 M)


KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA

Pada tahun 674 M, Kerajaan Kalingga dipimpin oleh seorang ratu bernama Sima. Dalam kehidupan sosialnya, Kerajaan Kalingga menerapkan peraturan ketat yang diberi oleh Ratu Sima. Sikap tegas, adil dan bijaksana dari Ratu Sima ini membuat masyarakat Kalingga dapat hidup secara teratur.


KEGIATAN EKONOMI

Kegiatan ekonomi Kerajaan Kalingga ditopang oleh sektor perdagangan dan pertanian. Masyarakat Kerajaan Kalingga mampu menjalin hubungan dagang di suatu tempat yang umumnya disebut pasar. Hasil bumi, seperti emas, perak, dan cula badak sangat laku sebagai barang dagangan. Sementara wilayah pedalaman yang subur, dimanfaatkan oleh penduduk untuk mengembangkan pertanian dengan hasil utamanya adalah padi. Selain itu, pola pikir masyarakat Kerajaan Kalingga juga sudah jauh lebih maju, terutama dalam bidang pendidikan. Hal ini terbukti dengan adanya tulisan dan ilmu perbintangan yang sudah dikenal oleh banyak masyarakat.

Comments

Popular posts from this blog

teori masuknya agama Hindu dan Buddha ke Indonesia

Kerajaan Mataram kuno

Kerajaan Tarumanegara